Keberlanjutan Pengelolaan Aset di Desa Batuinan

Penandatanganan Berita Acara Penyerahan Aset - Foto: Yedi

Semenjak tahun 2018, Global Environment Facility Small Grants Programe (GEF SGP) Phase VI melaksanakan kegiatan yang berfokus kepada ketahanan sosial ekologi bentang alam yang terkait dengan keanekaragaman hayati dan ekonomi berkelanjutan di Pulau kecil. Di Indonesia, GEF SGP Phase VI bekerja di empat lokasi yaitu Pulau Nusa Penida (Provinsi Bali), Pulau Semau (Provinsi NTT), Pulau Wakatobi (Provinsi Sulawesi Tenggara), dan kawasan Suaka Margasatwa Nantu (Provinsi Gorontalo).

Memasuki tahun 2022 yakni tahun terakhir pelaksanaan program GEF SGP Phase VI, Yayasan PIKUL bersama dengan mitra GEF SGP di desa Batuinan mendapatkan informasi dari pemerintah desa Batuinan. Pemerintah desa berinisiatif untuk mendata barang-barang dukungan dari GEF SGP kepada kelompok masyarakat dan pemerintah desa Batuinan. Inisiatif tersebut sekaligus mendukung keberlanjutan pengelolaan. Nantinya, pemerintah desa bertindak sebagai pengawas dan kelompok masyarakat yang bertindak sebagai pengelola.

Yayasan PIKUL selaku host dan mitra Geng Motor Imut, Yayasan Cemara dan CIS Timor melakukan serah terima aset GEF SGP pada tanggal 8 April 2022 bersama pemerintah desa dan kelompok masyarakat. Aset-aset tersebut meliputi alat penepung jagung, teknologi irigasi penyiraman, mall pencetak mesin biomassa, mesin pencacah, sistem jaringan pendistribusian air, pengolah bawang goreng dan solar water pumping system. Dalam acara tersebut, Yayasan PIKUL dan mitra juga memberitahukan kepada pemerintah desa dan masyarakat tentang pendokumentasian area konservasi milik keluarga Balle Bilis Mau (Hutan Larangan / Talas).

Menurut Bapak Yafet Balle salah satu anggota kelompok ternak Dalen Bana yang mendapatkan fasilitas mesin cacah serba guna, merasa terbantu dengan peralatan yang diberikan kepada kelompok mereka. Peralatan lainnya adalah mesin semprot otomatis untuk tanaman pekarangan, dipakai bersama-sama secara bergiliran. Untuk mesin cacah selama ini masih dimanfaatkan untuk membuat pupuk organik. Kelompok ini berencana mengembangkan produk mereka dengan menghasilkan pakan ternak karena anggota kelompok mereka juga memiliki ternak seperti sapi dan babi. “Ketong uji coba membuat pakan ternak. Kalau tidak jagung dibuang begitu saja tidak dibikin pakan. Jagung tidak hanya dijual saja tapi dijadikan pakan ternak.” Mesin yang dimanfaatkan oleh kelompok pun mengubah cara membuat pakan menjadi lebih efisien. “Sebelumnya mama harus masak dahulu jagung sebelum dikasih ke ternak sekarang tinggal diolah pada mesin cacah sehingga tinggal disimpan di dalam karung saja, saat mau dipakai tinggal diambil saja. Dulu hanya bisa kasih makan untuk dua atau tiga ekor sekarang su bisa tiga sampai lima ekor.” cerita bapak Yafet.

Pemerintah desa Batuinan yang bertindak sebagai pengawas akan mendorong aktivitas kelompok agar lebih produktif sehingga peralatan yang diberikan dimanfaatkan dengan baik. Friska Sunyiatun (biasa disapa mama Friska) ketua BPD Batuinan sekaligus anggota kelompok Perempuan Tua Sing mengatakan saat ini kelompoknya yang memanfaatkan peralatan semprot otomatis dan mesin pencacah serba guna. Peralatan semprot otomatis atau sprinkle digunakan secara bergiliran oleh anggota kelompok untuk menyiram tanaman di perkebunan mereka. Sementara itu mesin penepung dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan kelompok dengan membuka jasa penggilingan jagung. Hasilnya akan disimpan di kas kelompok.

Arry Pelokila selaku Koordinator Geng Motor Imut menjelaskan pendekatan pelestarian lingkungan mereka pakai dalam mendukung kelompok-kelompok di Batuinan. Misalnya mendorong pembuatan pupuk organik yang tidak merusak struktur tanah tetapi menyuburkan tanah dibandingkan dengan pupuk sintetis. “Alasan ketong kasih masyarakat mesin supaya mereka bisa berkelompok dan produksi lebih banyak. Pernah satu kali dicoba mereka buat bisa sampai 600 kg pupuk dalam waktu sonde sampai empat jam. Berarti mereka membutuhkan peralatan untuk mereka pung aktivitas. Pupuk organik ju akan meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki tanah yang terkontaminasi pupuk sintetis, walaupun butuh waktu yang lama.” Penggunaan mesin pencacah serba guna untuk membuat pakan ternak pun menolong masyarakat pada musim kemarau ketika pakan ternak seperti dedaunan hijau tidak tersedia. “Jadi walaupun nanti musim kemarau mereka kasih ternak pakan yang sudah kering tapi nilai gizinya masih sama dengan yang daun hijau.”

Dengan adanya peralatan yang diberikan kepada kelompok masyarakat dan pemerintah desa diharapkan dapat digunakan secara bersama dan berkelanjutan sehingga keanekaragaman hayati di desa Batuinan dapat dikelola dan menghasilkan produk yang berguna. (Yedi Letedara dan Adriana Nomleni – PIKUL)

Lainnya: