“Jika kita telusuri sepanjang pesisir Nunbaun Sabu sampai Lasiana ada bangunan infastruktur pesisir yang dibangun Pemerintah dengan tujuan menjadi penahan gelombang,tetapi justru menjadi masalah tersendiri bagi Nelayan” Dina Soro – Program Manager VCA
***
Bangunan pengaman pantai di sepanjang Nunbaun Sabu berupa tanggul dengan tangga tanpa seluncuran untuk perahu. Pembangunan yang awalnya dianggap sangat bermafaat, justru menjadi masalah baru bagi masyarakat. Jika musim barat tiba, nelayan setempat akan memarkirkan perahu di seberang tanggul. Andai saja pesisir masih berpasir masih lebih muda untuk didorong. Dengan kondisi saat ini nelayan sangat susah memarkirkan sendiri perahunya ke tempat yang aman. Nelayan sempat mengadukan hal ini pada Balai Wilayah Sungai (BWS) untuk dirancang dengan membuat seluncuran untuk memudahkan akses berlindung perahu yang aman saat cuaca ekstrim.
PIKUL memiliki data sebanyak 80% nelayan kota Kupang yang kapalnya hancur (belum terhitung nelayan kecil dan tradisional) akibat infrastruktur adaptasi yang tidak mengakomodir kepentingan nelayan atau yang kita kenal sebagai Maladaptasi.
Saat ini adaptasi yang efektif sangat dibutuhkan ditengah ketidakpastian cuaca akhir-akhir ini. Warga sendiri sudah memiliki inisiatif untuk beradaptasi dengan cuaca ekstrim. Di Oesapa misalnya ketika musim barat/ cuaca ekstrim kapal nelayan biasa berlindung di balik hutan mangrove. Namun karena luasan hutan mangrove yang terbatas tidak dapat menampung seluruh perahu di wilayah tersebut. Alternatifnya nelayan biasa memarkirkan ke tempat lain untuk mengamankan perahu seperti di Semau, Sulamu, atau pelabuhan perikanan. Ini berarti Mereka harus mengeluarkan ongkos lagi untuk membawa perahu mereka ke tempat aman. Jika parkir di Semau maka harus membayar sewa ke masyarakat setempat sebagai uang jaga perahu dan uang parkir.
Hal ini tidak hanya menimbulkan masalah ekonomi saja, tetapi juga masalah sosial yang lebih besar. Artinya infrastruktur yang tidak mengakomodir kepentingan nelayan, ternyata berimbas pada masalah di sektor lain. Menurut perwakilan nelayan saat kegiatan visioning program VCA, infrastrutur yang mereka butuhkan salah satunya adalah pemecah gelombang karena ombaknya akan pecah jauh dari pesisir. Sepanjang pesisir kota Kupang, hanya daerah Lasiana yang memiliki pemecah gelombang.
Warga Pesisir menginginkan pola pembangunan infrastruktur di pesisir sesuai dengan kebutuhan nelayan, terutama untuk melindungi aset-aset produktif seperti perahu dan alat tangkap. Pembangunan infrastruktur semestinya mengurangi beban dan risiko warga pesisir bukan memperburuk kondisi rentan. Partisipasi sejati warga dalam perencanaan adaptasi perubahan iklim dan infrastruktur adalah kunci.***(Mariano Lejap-PIKUL)