Menanam Asa di Tunbaun

Dok Kegiatan Penanaman Anakan Pohon di Tunbaun_Yedi

Di Tunbaun, Seroja menghantam keras! 13 rumah dan bangunan rusak, puluhan orang terpaksa mengungsi akibat longsor setelah desa ini diterpa siklon dan hujan beberapa hari berturut-turut. Sekarang, perlahan tapi pasti warga mulai berbenah. Bersama berbagai pihak warga Tunbaun menanam pohon di daerah longsor dan berisiko. Menanam asa bagi masa depan yang lebih adaptif dengan bencana.

***

Desa Tunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang merupakan salah satu desa di Pulau Timor yang paling terdampak akibat Siklon Seroja. Dari 7 dari 9 dusun dihantam longsor dengan lebih kurang ada 21 titik longsoran.

Karena pengalaman tak terlupakan ini, warga berinisiatif untuk melakukan sesuatu untuk mengantisipasi agar kejadian berikutnya tidak memberi dampak seperti sebelumnya. Inisiatif ini dimulai dengan bersama-sama memetakan risiko bencana lewat workshop Pemetaan Risiko Bencana di desa mereka pada 26 November 2021 lalu, bekerja sama dengan Kaum Bapak Sinode GMIT dan Forum Pengurangan Risiko Bencana Provinsi (FPRB Provinsi NTT).

Hasil workshop ini menunjukan bagaimana rentannya lokasi desa Tunbaun terhadap longsor, karena mayoritas wilayah ini berada pada lokasi dengan jenis tanah Bobonaro Clay. Bobonaro Clay memiliki karakteristik sifat ekspansif atau mempunyai potensi kembang susut yang tinggi apabila terjadi perubahan sistem kadar air tanah, artinya tanah jenis ini adalah tanah yang paling mudah longsor. Hal ini menyebabkan bangunan atau struktur lainnya di atas tanah jenis ini akan mudah terangkat disaat kondisi kanah memiliki kandungan kadar air yang tinggi. Sebaliknya di tanah Bobonaro Clay saat kadar air rendah tanah akan menyusut dan dapat menyebabkan penurunan permukaan tanah.

Dari workshop tersebut, salah satu aksi lanjutan yang diusulkan warga adalah kegiatan penanaman kembali di lokasi longsor dan rentan longsor. Karena itu pada Jumat(26/11) Warga Tunbaun bekerja sama dengan FPRB Provinsi NTT atas dukungan dana dari Proyek ICDRC bersama pihak elemen pentahelix lain bersama-sama melakukan penanaman pohon penunjang di beberapa lokasi rentan longsor di Tunbaun.

75 orang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Lereng-lereng rawan longsor berhasil ditanami sekitar seribu anakan pohon. Jenis pohon yang ditanam adalah pohon yang mudah tumbuh seperti kemiri, trembesi dan merbau.

Ayub Setira salah satu warga yang juga ikut dalam kegiatan bakti sosial ini. Dia mengungkapkan rasa terima kasih dan berharap dengan adanya kegiatan penanaman pohon dapat mencegah terjadinya bencana longsor kedepannya. “Kami sangat prihatin dengan bencana (Seroja)yang terjadi diawal tahun ini. Banyak rumah dan kebun rusak. Terima kasih masyarakat sudah semakin sadar pentingnya menjaga alam. Semoga dengan kegiatan semacam ini nantinya bencana seperti ini tidak terjadi lagi” harapnya.

Kegiatan ini juga menjadi salah satu aktivitas untuk mendekatkan salah satu elemen pentahelix, yaitu dunia usaha kepada konteks kebencanaan di NTT. “Saat bencana sebelumnya orang bekerja sendiri-sendiri. Dengan pendekatan pentahelix sekarang kita sudah bisa bekerja bersama lintas komunitas pentahelix, khususnya dengan komunitas dunia usaha” jelas Haris Oematan, dari FPRB Provinsi NTT.

Beberapa organisasi dan dunia usaha yang terlibat antara lain Kaum Bapak GMIT, Cis Timor, Perwakilan Hotel Aston, perwakilan hotel Sotis, BPR TLM, Bank BNI, Anggota DPRD Provinsi NTT, Camat Amarasi Barat, Pemerintah Desa Tunbaun, para pendeta Klasis Amarasi Barat, Perwakilan Sinode, Pemuda GMIT Sinode, dan Sinode GMIT Klasis Amarasi Barat *** (Marno Lejap, PIKUL)

#OXFAM

#OXFAMININDONESIA

#YAYASANPIKUL

#ICDRC

#YFF

#YOUNGFEMALEFARMER

Lainnya: