Mengolah Rumput Laut Dengan Hati

Keterangan foto : para Ibu mengolah rumput laut

Agustina Duka: Mengolah Rumput Laut Dengan Hati

Sekitar tahun 2007-2008 rumput laut yang sudah mulai dikembangkan di Alor. Banyak nelayan yang tertarik mengembangkannya.

 

HARGA rumput laut jenis cottoni merangkak naik dari Rp 5.000/kg pada Oktober 2007 menjadi Rp 15.000/kg pada Mei 2008 dan sampai Rp 22.000/kg pada Agustus 2008. Ketika itu terlihat banyak perubahan secara ekonomi pada petani rumput laut.

Tapi pada September 2008 harga cottoni anjlok menjadi Rp 10.000/kg sampai bulan maret 2009 harga cottoni sekitar Rp 8.000-10.000 per kg. Cobaan belum berhenti, menurunnya produksi rumput laut duperparah dengan penyakit yang menyerang. Penyakit ini menyerang hampir semua rumput laut di Alor-Pantar.

Menurunnya produksi dan harga rumput laut mentah ternyata membuka peluang usaha baru bagi perempuan di Alor. Sebut saja ibu Agus Duka yang membaca peluang usaha di tengah merosotnya harga rumput laut. Ibu Agus tidak mau meratapi nasibnya sebagai salah seorang petani tumput laut dengan menurunnya produksi dan anjloknya harga pasar.

Sebagai petani rumput laut yang hobi membuat kue, situasi ini menjadi peluang baginya. Bu Agus berceritera bagaimana ide awalnya ini. “Suatu saat ada Expo di Alor bulan Agustus tahun 2008 dan anak saya sempat membeli sepotong kue donat dari rumput laut dan membawa pulang ke rumah. Anak saya menantang saya, katanya apakah mama bisa membuat donat dari rumput laut?” ceritanya sambil tertawa. Awalnya ia tidak percaya kalau rumput laut dapat dijadikan donat. Kemudian Bu Agus mencari tahu siapa pembuat kue donat tersebut. Ia pun berkunjung ke kantor Dinas Perikanan Kabupaten Alor untuk mencari tahu resepnya. Tanya punya tanya, ternyata Ibu Agus mendapat info kalau resep itu berasal dari salah satu petani rumput laut yang tergabung dalam FORLA (Forum Rumput Laut Alor). Tiga hari kemudian, Bu Agus berkunjung ke kantor FORLA dan bertemu dengan ibu Ann dari Swis Contact. Ibu Ann memberikan resep kue donat tersebut.

Berbekal resep yang didapat, ia membeli beberapa bahan tambahan dan mempraktekkannya. Uji coba awal donat buatannya diakuinya belum sempurna, donatnya pecah-pecah. Tak putus semangat ia mengulang pembuatan donat tersebut dan ternyata berhasil. Karena kelebihan rumput laut yang direndam, ia kemudian mencoba membuat kue tar dan hasilnya ternyata bagus. Ia lalu terus bereksperimen. Ia pun mencoba membuat kue wajik serta Jus dengan rasa stroberi dan rasa lemon, juga roti goreng dengan rasa kacang dan gula lempeng. Semuanya sukses!!

Setelah belajar mandirinya dirasa berhasil, ia berkunjung lagi ke Forla/Swiss Contact untuk menunjukan hasil karyanya. Tak disangka, ia mendapat pujian karena hasilnya memang enak. Lima hari kemudian, setelah ia dilibatkan dalam pelatihan pengolahan makanan dari rumput laut oleh Swiss Contact dengan menunya dodol dan kerupuk.

Bulan September tahun 2008, Bu Agus nekat menjual produknya di beberapa kantor. Jajanannya terjual habis, bahkan keesokan harinya ia mendapat pesanan lagi dari kantor-kantor tersebut. Dinas Perindustrian Kabupaten Alor mulai melirik usaha Bu Agus dan mengundangnya mengikuti Expo kerajinan di Jakarta dan Kupang. Selain usaha pribadi, Ibu Agus juga melatih enam orang tetangganya untuk hal yang sama. Mereka mencoba membuat arisan kelompok dan menabung keuntungan hasil penjualan mereka di bank sebagai kas kelompok, walaupun nominalnya masih kecil. Sekali menjual mereka menabung Rp. 100.000,- sampai Rp.200.000,- dan untuk kerja kelompok dilakukan dua kali sebulan. Saat ini, Ibu Agustina juga dipercaya menjadi pengelola usaha pangan dari rumput laut pada DKP Kabupaten Alor. Ia percaya dengan usaha pangan dari rumput laut ia akan merubah hidupnya sebagai orang tua tunggal bagi anaknya. Dari hasil usahanya Ia sudah membeli tanah untuk rumahnya. Ia bermimpi untuk memiliki rumah pengelolaan kerajinan sendiri, sehingga tidak tergantung dengan Forla dan DKP.

Sejak itu Bu Agus dilibatkan dalam Bimtek pengolahan makanan dari bahan rumput laut di Kupang. Tahun 2010 lalu ia menjadi peserta pelatihan sejenis di Surabaya. Resep-resep yang diperolehnya dari berbagai pelatihan dimodifikasi kembali. Kini Ibu Agus memiliki 28 resep jenis makanan dan minuman dari rumput laut. Produk-produknya, selain di jual dan menjadi minat para pejabat di Kabupaten Alor, saat ini sudah menembus pasar Kota Kupang serta permintaan ke Surabaya dan Batam. Ia juga sudah beberapa kali menjadi juara lomba pangan dari rumput laut, baik tingkat kabupaten Alor, propinsi NTT bahkan Nasional.***(andry ratumakin), sumber foto: http://infoku18.blogspot.com

Lainnya: