Orang Alor Bisa!

Ruth Orpah Naomi Sir: Orang Alor Bisa!

Bu Guru dan ibu rumah tangga Kelahiran Ujung Pandang, 11 Oktober 1973 ini terlihat sangat dekat dan sabar terhadap anak-anak didiknya.

 

SEBAGAI pengajar Mulok di SMPN 3 Alor, Bu Orpah terlihat sabar dan kreatif mendidik siswa-siswanya untuk menggali dan menggunakan potensi diri dan daerahnya. Ia bahkan sukses menghantar siswa-siswinya meraih juara dalam event perlombaan karya tulis pengolahan pangan lokal tingkat nasional dan Asean.

Bu Orpah mengajarkan kerajinan tangan dan keterampilan mengolah pangan lokal seperti ice cream dari labu kuning, abon dari ikan belo-belo yang sangat murah dan bahkan tidak dilirik oleh penjual ikan, sandwich dari ubi kayu dan berbagai olahan dari pangan lokal lainnya.

Semua yang dilakukannya ini untuk meraih mimpinya. “Saya berharap semua orang bisa mengenal Alor. Orang Alor juga punya kemampuan dan keterampilan” katanya. Ia ingin agar semua orang terutama anak didiknya dan ibu-ibu di Alor bisa bekerja secara mandiri untuk menunjang ekonomi keluarga.

Apa yang dilakukanya mungkin terkesan biasa oleh orang-orang di sekitarnya. “Selama ini saya mengganggap bahwa apa yang saya lakukan biasa-biasa saja. Akan tetapi dengan adanya LBKB (Lingkar Belajar Komunitas Bervisi-PIKUL) saya sadar bahwa ternyata apa yang telah saya buat menjadi motivasi untuk mengoptimalkan diri. Bahkan teman-teman yang membaca jurnal LBKB yang saya perlihatkan menjadi termotivasi”, Ibu Orpa menceritakan pengalamannya ketika mengikuti Visioning bersama LBKB-PIKUL.

Bu Orpah membuat panduan pembelajaran MULOK (Muatan Lokal) di 2 sekolah yakni: SMPN3 Alor dan SMA Kristen I Alor yang diminati banyak sekolah tetapi sayangnya, kurang tenaga pengajarnya. Oleh karena itu dia bermimpi membuat sebuah MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang bisa melibatkan guru-guru Mulok sekabupaten Alor sebagai wadah berbagi ilmu.

Ibu Orpah juga berniat mengumpulkan ibu-ibu yang ingin berbagi resep dan pengalaman pengolahan kuliner dari bahan lokal. Menurutnya, kegiatan ini akan mengoptimalkan sumberdaya terutama pertanian dan hasil laut yang melimpah di Alor, sehingga meningkatkan nilai jual. Selain mencapai kesejahteraan, orang Alor juga akan mengenal produk daerah sendiri serta tidak bergantung pada produk dari luar.

Usaha memperkenalkan pangan lokal ini dimulainya dari rumah dan sekolah. Ibu Orpah membuka kantin pangan lokal di sekolah dan menjual hasil olahan pangan lokal yang dibuat bersama siswa/inya. Ia juga mendorong anak-anak untuk membuat artikel pangan lokal yang ditempelkan di majalah dinding sekolah. Selain di sekolah, Bu Orpah pernah melakukan pelatihan fermentasi anggur untuk para pengurus gereja. Tujuannya sederhana saja agar gereja tidak mengeluarkan banyak uang untuk anggur ketika perayaan Perjamuan Kudus yang rutin dilaksanakan di Gereja, tetapi belajar untuk menghasilkan anggur perjamuan sendiri yang lebih murah.*** (andry ratumakin)

Post Related

Scroll to Top