Setelah Siklon Seroja melanda daratan pulau Timor pada April 2021 silam masyarakat mengalami pengalaman tidak terlupakan. Termasuk masyarakat desa Ohaem 1 dan Ohaem 2 Amfoang Selatan Kabupaten Kuapng, mereka mengaku baru pertama kali mengalami bencana sedemikian rupa. Mereka tidak siap dengan kemungkinan bencana yang datang sewaktu-waktu. Tidak ada persiapan pangan yang cukup, rumah-rumah mereka pun tidak tahan bencana.
Pada Diskusi Kampung yang diadakan YFF ICDRC kerja sama Yayasan PIKUL, OXFAM dan Australian Aid, masyarakat desa Ohaem 1 dan Ohaem 2 diajak untuk berdiskusi tentang bagaimana kerentanan desa mereka, kesiapsiagaan bencana dan bencana alam apa saja yang kemungkinan bisa terjadi di wilayah mereka. Dari diskusi yang dilakukan, diketahui bahwa kekeringan dan angin kencang merupakan cuaca ekstrim yang biasanya terjadi di dua desa ini. Kekeringan biasanya menimbulkan gagal panen karena kesulitan air. Pada musim ini warga hanya akan menanam sayuran yang membutuhkan sedikit air dan mengandalkan tanaman umur panjang seperti kemiri dan pinang. Selain kekeringan dampak cuaca ekstrim angin kencang pun berdampak terhadap hasil pertanian mereka. Padi yang sudah bertumbuh cukup tinggi bisa patah karena diterpa angin kencang. “Waktu seroja bertepatan dengan musim panen, tetapi karena hujan tidak jadi panen. Hasil panennya juga rusak. Kalau kekeringan berpengaruh karena kalau tidak ada air tidak bisa menyiram tanaman. Kalau angin kencang jelas jagung semua patah, bulir jagung juga mulai bertunas sehingga tidak bisa dikonsumsi.” cerita Erna Naijuf dan Yudris Amekan, masyarakat desa Ohaem 2.
Kegiatan ini pun dirasa sangat bermanfaat bagi peserta yang hadir. Yulimpas Ataupah salah satunya. Mama Yuli begitu ia biasa disapa begitu tekun menulis presentasi dan hal-hal penting selama diskusi berlangsung. “Saya biasa kasih tahu keluarga, tetangga di rumah karena mereka biasanya bertanya. Saya bilang tadi kita dengar sosialisasi tentang bencana jadi kita harus waspada nanti ada bencana yang harus kita hadapi.” katanya.
Abraham Koaleu-Kepala Desa Ohaem 2 bercerita bahwa sebelumnya mereka belum benar-benar memahami tentang kerentanan dan resiko bencana di desa mereka. Cuaca ekstrim pun sudah sering terjadi di desa ini namun belum mendapatkan perhatian khusus. Memang banyak akibat yang muncul karena cuaca ekstrim salah satunya gagal panen. Masyarakat desa yang menggantungkan hidup pada hasil pertanian pun harus menanggung akibatnya. Jika bencana dapat diantisipasi maka kerusakan dapat diminimalisir. Oleh karena itu Abraham berencana untuk membentuk tim satgas antisipasi bencana di desa mereka, “Saya rencana habis ini ada pertemuan dengan masyarakat, tokoh perempuan dan semua yang ada untuk membahas kembali terkait antisipasi bencana. Sekaligus juga membentuk tim siaga ini.” katanya. Kelompok perempuan, anak-anak dan disabilitas pun akan diikutsertakan dalam upaya antisipasi bencana di Ohaem. “Kita akan kasih tahu bagaimana cara evakuasi teman-teman disablitas nanti, sekaligus mereka bisa masuk dalam tim siaga bencana” tambah Abraham.
Hasil akhir dari Diskusi Kampung ini adalah draft dokumen antisipasi bencana yang akan dipakai oleh masyarakat nantinya sebagai pedoman antisipasi bencana di masa depan. Sehingga masyarakat dapat mengantisipasi bencana baik di level keluarga maupun komunitas/desa.***