Pemanfaatan Air Limbah Rumah Tangga: Praktik Cerdas Hadapi Cuaca Ekstrim

Lahan pekarangan menjadi sumber yang potensial sebagai upaya penciptaan ketersediaan pangan keluarga yang dipilih karena lokasi yang berada di sekitar rumah. Hal ini akan memudahkan dalam pemeliharaannya. Bila dimanfaatkan secara baik, akan menjadi lumbung hidup dan dapat meningkatkan ekonomi keluarga.

Ketersediaan air harus mendukung terutama pada musim kemarau karena adanya ancaman kekeringan karena cuaca ekstrim. Oleh karena itu perlu adanya inovasi dari warga dalam menghadapinya sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim.

Kelompok Petani Muda Perempuan di Desa Taiftob melalui visioning yang mereka lakukan sebelumnya melahirkan ide untuk memanfaatkan air limbah rumah tangga dan membuat Pupuk Cair Organik (POC) untuk lahan pertanian pekarangan. Pada tanggal 14 Maret 2022 Kelompok Petani Muda Perempuan Taiftob melakukan Pelatihan Pembuatan Filter Air dan Pupuk Cair Organik yang difasilitasi oleh Yayasan PIKUL lewat Proyek Komunitas Tangguh Iklim dan Bencana di Indonesia lewat Penguatan Petani Perempuan (ICDRC-YFF) bekerja sama dengan OXFAM dan atas dukungan dari Australian AID/DFAT – Kemensos RI. Difasilitasi oleh komunitas Kupang Batanam yang berpengalaman mempraktikan pembuatan filter air dan POC di pulau Semau yang terkenal kering.

Desa Taiftop TTS merupakan daerah yang selalu mengalami kekeringan setiap tahunnya akibatnya warga desa khususnya petani akan kesulitan bertanam. Air yang mereka miliki pun hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mandi, cuci dan kakus. Mereka harus membeli air dari luar desa yang harganya cukup tinggi. Sedangkan penghasilan mereka dari pertanian tidak seberapa. “Kekurangan air akibat cuaca ekstrim mempengaruhi ketong pung tanaman, kalau kekurangan air tanaman mati. Kalau ada tanaman yang bisa bertahan akan hidup ju tapi macam hidup segan mati tak mau. Ketong mau siram ko mau dipakai untuk minum. Akhirnya air hanya dipakai untuk mandi dan minum sa.” cerita mama Sabina Tafui salah anggota kelompok petani muda perempuan Taiftob.

Sebelumnya ia sudah pernah memanfaatkan air limbah rumah tangga tetapi tidak menggunakan filter air. “Selama ini ketong memang memanfaatkan air limbah tetapi langsung sa. Kadang air limbah itu kotor karena air sabun, jadi ketong langsung siram di tanaman. Akhirnya tanaman mati” katanya.

Setelah pelatihan ini ia berencana untuk mempraktikan cara pembuatan filter air di kebunnya. Ia bisa memanfaatkan air limbah dari rumahnya seperti air sisa cuci piring, air sisa mencuci pakaian dan air bekas mandi. Karena mama Sabina adalah seorang petani sayuran juga, Pupuk Organik Cair (POC) sangat menarik perhatiannya. Menurutnya bahan-bahan yang mudah didapat dari pekarangan memudahkan ia dan kelompok petani muda perempuan di Taiftob membuat pupuk ini.

Selain itu untuk menangkal hama yang sering menyerang tanaman, dari Kupang Batanam memfasilitasi pembuatan dua jenis perangkap hama, dan pestisida nabati dari bahan-bahan seperti minyak goreng, bawang putih dan lain-lain. Semua hasil pelatihan ini diharapkan dapat membantu di bidang pertanian dan sebagai upaya adaptasi perubahan iklim.***(Yedi Letedara)

Post Related

Scroll to Top