Cerita Kopi dari Sudut Desa O’besi

Lahan milik Bapak Gerson Banoet dengan luas 4 ha itu separuhnya ditanami tanaman kopi. Lahan Bapak Gerson terletak di desa O’besi, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Saat pertama kali memijakan kaki di agroforestri milik bapak Gerson mata akan dimanjakan dengan pemandangan beberapa jenis tanaman seperti jagung, ubi kayu, labu siam, kunyit, serai, kemiri, keladi, jamur, mahoni dan tanaman herbal. Pemandangan hamparan tanaman kopi seluas 2 ha juga tidak luput dari pandangan.

Pemandangan lain yang cukup menggelitik mata adalah bagaimana bapak Gerson memiliki pandangan tersendiri dalam menjaga keberlangsungan kesuburan lahan miliknya terlihat dengan bagaimana beliau lebih memilih membiarkan ranting dan daun pohon yang berguguran tetap berada pada tempatnya, membiarkan sisa tanaman yang telah dipanen tetap ada di lahan dengan tujuan menjadikan sisa tanaman, ranting, dan daun dapat menjadi pupuk untuk musim tanam selanjutnya. Beliau sengaja menggembalakan ternak sapinya di dalam lahan yang cukup luas itu, selain karena ada sumber makanan bagi ternak ia juga sadar bahwa kotoran ternak sapinya bisa dijadikan pupuk bagi lahan agroforestri miliknya.

Ada cerita yang cukup menarik perhatian ketika bapak Gerson menuturkan sejarah tanaman kopi yang kini tumbuh di agroforestri miliknya. Beliau menuturkan bahwa  awal mula dia mendapatkan anakan kopi itu dari program pemerintah pada tahun 1980 an yang saat itu merupakan masa jabatan gubernur Benedictus Mboi.

“Waktu itu saya tidak dapat bagian, tapi saya lihat ada anakan yang tidak diambil sebagian sudah diinjak-injak, lalu saya ambil saya bawa pulang dengan niat ingin saya budidayakan ”, tutur bapak Gerson.

Niat bapak Gerson untuk membudidayakan tanaman kopi tidak serta merta langsung membuahkan hasil,. Awalnya beliau menanam di lahan agroforestri miliknya di dekat area mata air namun tanaman kopi mati membusuk karena tergenang, sebagian juga dimakan hama siput. Lalu beliau mencoba lagi menanam dengan cara anakan kopi dibungkus dengan plastik hal yang sama terjadi tanaman kopi mati karena sirkulasi udara dalam media tanam yang terhambat. Hingga akhirnya beliau menggunakan pelepah pisang yang sudah kering untuk membungkus anakan kopi. Kabar baiknya caranya kali ini berhasil selain tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik, tanaman kopi juga terhindar dari serangan hama siput.

Tanaman kopi kemudian tumbuh dengan baik dan berkembang hingga memenuhi setengah bagian dari luas keseluruhan agroforestri bapak Gerson Banoet. Sosok yang menginspirasi dengan cerita kopinya, bagaimana beliau membayar lunas tekadnya dengan tidak menyerah untuk terus mencoba. Biji kopi yang dihasilkan sebagian dikonsumsi secara pribadi dan sebagian dipasarkan. Bapak Gerson juga banyak menerima pesanan biji kopi dari luar.

Setelah kendala budidaya dapat ditangani oleh bapak Gerson, kini beliau dihadapkan lagi dengan kendala pada saat pemanenan dimana sebagian ranting tanaman kopi terpaksa harus dipangkas untuk memudahkan dalam pengambilan biji kopi mengingat kondisi lahan yang cukup terjal. Kendala berikutnya adalah penanganan pasca panen yang seadanya karena kurangnya pengetahuan dan teknologi pasca panen yang minim seperti alat untuk memisahkan biji kopi dari kulit.

Pada saat pemeliharaan dan pengolahan pasca panen sedikit banyak melibatkan keterlibatan perempuan terutama istri dari bapak Gerson Banoet, Ibu Orpa Lassa dan beberapa perempuan yang masih memiliki hubungan kerabat dekat serta beberapa perempuan tetangga yang memiliki tempat tinggal di dekat area agroforestri bapak Gerson Banoet. Cerita kopi bapak Gerson memiliki potensi yang cukup bagus, tekad beliau yang kuat dan keterlibatan perempuan didalamnya, tentu ini akan menjadi cerita yang lebih menarik jika ada sosok lain yang mempercantik cerita ini dengan membantu bapak Gerson dalam mengatasi kendalanya dalam hal pemanenan dan teknologi pasca panen, sambil menambah kesejahteraan para perempuan yang terlibat di dalamnya. (Mega Amir)

Post Related

Scroll to Top