Resensi: Media dan Perubahan Iklim

Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) – BAPPENAS bekerjasama dengan Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) Jakarta berupaya untuk mendidik masyarakat agar memahami isu perubahan iklim agar dapat mengambil bagian dalam peran perubahan iklim khususnya promosi upaya menurunkan emisi gas rumah kaca melalui media penyedia informasi (Jurnalis). Saat ini hanya sebagian kecil jurnalis yang mendalami isu lingkungan.

Judul : Media dan Perubahan Iklim Penerbit : Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) – BAPPENAS & Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) Jakarta Penulis : Bangun Santoso, Rofiqi Hasan, Mahardika Satria Hadi, Maimun Saleh, Davi Abdullah, Januar Hakan, Sumarlin, Shinta Maharani, Sunudyantoro, Michael Carlos Kodoati Tahun Terbit : 2014 Jumlah Halaman : 146

Jurnalis lingkungan Indonesia relatif sedikit dibandingkan misalnya dengan jurnalis yang meliput isu politik. Padahal dampak yang ditumbulkan akibat peristiwa-peristiwa perubahan iklim kepada masyarakat tidak dapat disepelekan. Oleh karena itu pada tahun 2014, ICCTF Media Fellowship telah memilih 10 tim jurnalis yang telah melakukan liputan mendalam serta menghasilkan artikel/hasil liputan sebagaimana dihimpun dalam buku ini.

Buku ini mengupas keadaan daerah dan alamnya. Mulai dari aksi perambah hutan yang membuat perubahan cuaca dan meredupkan kemilau pembangkit listrik di Jambi, Turis Bali yang merasa tidak nyaman tinggal di gedung-gedung besar yang membutuhkan banyak listrik, petani Kalimantan Barat yang tergiur mendapatkan hasil panen melimpah tanpa memperhatikan dampak lingkungan dan kesehatan, Lahan Riam sebagai tempat orang menebang kayu belian menyisakan tunggul, dan gersang. Perubahan tata guna lahan, buruknya sanitasi menyebabkan malaria dan demam berdarah menjadi epidemi. Perubahan iklim ikut memicu perubahan pola penyebaran dan mempercepat siklus kedua penyakit ini.

Keadaan alam tersebut membuat warga disekitarnya harus mencari dan menemukan alternatif untuk memulihkan bahkan mengembalikan kondisi alam menjadi layak dihuni. Aksi yang mereka lakukan diantaranya menerapkan kembali kearifan lokal seperti jika menebang akan diusir, karyawan hotel yang mengorganisir secara ketat dan menyisir semua potensi menekan penggunaan listrik dan air, ada juga gerakan Antitesis Revolusi Hijau yang merupakan model pertanian berkelanjutan menguntungkan dan ramah lingkungan karena tidak menggunakan zat atau unsur kimiawi dalam pengolahan lahan maupun perawatan tanaman.

Kelebihan buku:

  • Informatif, lengkap dan logis
  • Menggunakan kalimat yang sederhana sehingga memudahkan pembaca.
  • Terdapat gambar yang relevan.
  • Kekurangan buku:
  • Desainnya kurang menarik
  • Gambar yang disajikan tidak berwana.
  • Buku ini dapat dibaca di Perpustakaan PIKUL, di kantor PIKUL, Jl. Cak Doko, No. 4, Oebobo, Kota Kupang.***(penulis: Ata Loban, Relawan PIKUL)

Post Related

Scroll to Top