Di Depan ruang Fatuleu Neo Hotel tampak 3 orang Panitia dari Sailendra Institute menyambut setiap orang yang datang untuk registrasi. Jumat 14 Desember 2021 Kursi dan meja di ruangan sudah tertata rapi. Tembok bagian kanan Terpasang Banner dari Oxfam Indonesia, Sailendra Institute dan Banner Bisnis Model Canvas. Para peserta mulai mengisi ruangan, bersiap mengawali hari dengan Belajar Pengetahuan baru.
***
8 orang peserta dari Yayasan Pikul dan kelompok Papalele hadir dalam pelatihan Bisnis model canvas ini. Mbak Nadira perwakilan dari Sailendra institute Mengawali Sesi dengan Perkenalan lembaga. Sailendra institute adalah Lembaga Training yang ada di Surabaya dan bekerjasama dengan Oxfam dalam program Indonesia Climate and Disaster Resilient Communities(ICDRC) untuk memberikan pelatihan Community Business Development. Mbak nadira kemudian memperkenalkan Tim dari Sailendra institute ada Mbak Felita , mbak Dian dan Mbak Faiza.
Adapun Tujuan dari pelatihan ini adalah agar peserta dapat membuat strategy bisnis yang berlandaskan kebutuhan para UKM dengan menggunakan Business Model Canvas sebagai kerangka berpikir. Sedangkan output yang diharapkan oleh Oxfam adalah adanya business model Canvas komunitas dan strategi bisnis komunitas yang didampingi untuk dapat berhubungan dengan private sector sesuai kebutuhan.
Di hari Pertama Ini, Peserta mendapat pembekalan awal materi Business Model Canvas dan gambaran agenda 4 hari kedepan dari Mbak Felita selaku konsultan Sains.
Dalam paparan Mbak Felita menjelaskan Business Model Canvas adalah alat / kerangka berpikir yang digunakan untuk memetakan, menjelaskan, memvisualisasikan model bisnis perusahaan. Sebagai kelompok usaha ataupun komunitas yang melakukan usaha bisnis, penting dan perlu untuk menggunakan Business Model Canvas agar dapat memberikan kerangka berpikir dan bahasa yang sama bagi seluruh tim dalam pengembangan model bisnis, membantu menganalisis komponen model bisnis yang ada, membantu mengkomunikasikan visi model bisnis, juga sebagai alat untuk membantu mengukur perbedaan visi dan eksekusi model bisnis.
Saat Sharing awal bisnis Papalele Nike Padja menjelaskan Papalele mulai sejak tahun 2019 dengan konsep mencoba menghubungkan petani dengan konsumen, Papalele adalah wirausaha sosial. Om Sadrak menambahkan selain itu konsep yang diangkat Papalele adalah konsep pertanian ramah lingkungan.
Agar lebih memberikan gambaran kepada peserta untuk mengisi Canvas, mbak Felita memberikan contoh kasus sebagai latihan. Dalam Business model canvas yang sudah terpasang di tembok, terdapat beberapa komponen yang perlu diisi peserta menggunakan sticky note berwarna warni. beberapa komponen itu antara lain : (dari kiri ke kanan) Segmen Consumer, Hubungan customer,Channel,Nilai tawar,Aktivitas utama,Sumberdaya utama, Mitra strategis, Struktur biaya, Alur pemasukan.
Pada proses pengisian canvas peserta dibagi menjadi 2 kelompok. Semua peserta terlihat aktif berdiskusi dan mengisi tiap kolom komponen kanvas dan terakhir dipresentasikan bersama.
Di hari kedua, Mbak Felita memandu mereview kembali BMC yang sudah diisi pada hari pertama dengan rangkuman Wirausaha sosial Papalele memiliki Target kedepan harus Self sustain dan Membesarkan cakupan usaha. Sedangkan untuk kendala yang dihadapi saat ini seperti Mendapatkan banyak supply produk rempah, tetapi sulit untuk dijual, Belum ada Quality control untuk barang yang dikirim dari petani, Biaya distribusi yang tidak optimum dari petani menuju Papalele, Supply sayuran yang hanya ada di pertengahan tahun April -Juli, Proses pengiriman produk dari petani (Produk rusak di perjalanan), Pembukuan yang masih belum tercatat dengan baik.
hari kedua peserta merencanakan komponen yang perlu divalidasi ke lapangan, seperti validasi produsen binaan, validasi ke pelanggan dan validasi ke Bumdes. hari ketiga peserta melakukan kunjungan lapangan ke desa Oh Aem 1 kecamatan amfoang selatan, Kabupaten Kupang. peserta dan panitia berangkat dari Hotel Neo pukul 07.30 menuju Desa Oh Aem 1. peserta mengunjungi Kelompok tani Ora Et Labora yang merupakan salah satu kelompok binaan YFF (Young Female Farmer). di lokasi peserta melakukan kunjungan ke lokasi pertanian melihat sayuran yang ditanam petani sambil berdiskusi.
Dihari Terakhir Mbak Felita Memandu peserta untuk Membuat perencanaan BMC Papalele kedepan yang dikomparasikan dengan hasil validasi lapangan. Setelah itu dilakukan melakukan analisis SWOT untuk menentukan action Papalele kedepan.
Menurut Nike Padja, SME’s dan QC Papalele, kelompok wirausaha sosial perlu untuk mengikuti pelatihan business Model Canvas ini karena BMC bisa digunakan untuk mengembangkan sebuah bisnis. Kita tahu bersama bahwa yang namanya bisnis akan selalu berkembang sesuai dengan situasi dan perkembangan zaman, misalnya keadaan covid, atau tren lainnya, yang mengharuskan sebuah perusahaan perlu untuk beradaptasi. Sehingga dalam wirausaha perlu untuk menggunakan BMC untuk menghadapi perkembangan dunia usaha.
Sementara itu, mbak Nadira Ops Manager sailendra institute juga merasa penting program business Model Canvas ini penting diikuti oleh teman-teman dari LSM dan juga usaha masyarakat karena training dapat membentu untuk memahami kondisi bisnis menyeluruh dan dapat membantu menyusun strategi dan langkah kedepan.***(Marno Lejap-PIKUL)