Diskusi Kampung : Menebar Semangat Tangguh Bencana ke Desa

Fenomena cuaca ektrim akibat perubahan iklim telah menjadi ancaman serius saat ini, contohnya seroja april 2021 lalu. Dampak cuaca ekstrim ini sangat terasa terutama bagi masyarakat petani di pedesaan yang mata pencahariannya sangat tergantung pada faktor iklim dan cuaca. Karena hampir semua siklus aktivitas petani disesuaikan dengan keadaan iklim dan kondisi geografis di sekitar mereka.

Dalam upaya memperkuat semangat tangguh bencana ke desa Yayasan Penguatan Lingkar Belajar Komunitas Lokal (PIKUL) melalui proyek Komunitas Tangguh Iklim dan Bencana di Indonesia lewat penguatan petani perempuan (ICDRC-YFF) bekerjasama dengan OXFAM dan atas dukungan dari Australian AID/DFAT- Kemensos RI mengadakan diskusi kampung untuk antisipasi bencana dan cuaca ekstrim.

Bertempat di GMIT Fatununuh, kegiatan ini diikuti oleh warga desa Bosen dan desa Taiftob pada Jumat 18 Februari 2022.  Diskusi kampung dimulai dengan sambutan dari kepala desa Bosen selaku tuan rumah, kemudian sambutan dari Perwakilan BPBD TTS sekaligus membuka kegiatan ini.  Sekertaris BPBD TTS Yandry E.P. Kamlasi, S.Pi berharap dengan adanya pertemuan hari ini dapat menghasilkan banyak hal penting dari Desa Bosen untuk kepentingan masyarakat Timor Tengah Selatan umumnya.

Diskusi kampung ini para peserta mendapatkan materi dari praktisi modeling cuaca, Norman P.L B. Riwu Kaho, SP, MSc, memaparkan tentang fenomena cuaca ekstrim di NTT Sekarang dan 10 tahun ke Depan serta Dampak dan Antisipasi.

Sabina Tafui warga Desa Taiftob mengaku pengalaman hari ini sangat bermanfaat, karena mereka seperti mendapat asupan pengetahuan tentang iklim dan cuaca yang gambarkan secara sederhana yang muda dipahami.

“Pengalaman hari ini sangat bermanfaat, selama ini kami hanya menduga-duga dan mendengar cerita orang dari mulut ke mukut berkaitan dengan perubahan iklim dan cuaca ekstrim tetapi hari ini penjelasan dari pak norman kami semakin mengerti”

Lebih lanjut sabrina yang berprofesi sebagai petani mengungkapkan bahwa sebagai petani mereka memang sangat bergantung dengan perubahan cuaca dan iklim dan salah satu cuaca ekstrim yang sering dialami adalah kekeringan.

“Cuaca extrim yang paling sering adalah kekeringan,  kami sebagai petani musiman biasa tanam sayuran,  tetapi kalau  hujan terlalu banyak juga sayur akan rusak”jelas Sabina

Salah satu warga Desa Bosen yang berprofesi sebagai petani juga mengungkapkan hal serupa bahwa sebagai petani kami sangat bergantung dengan perubahan cuaca kadang hujan berlebihan dan kadang juga panas berlebihan. Kondisi yang tidak stabil ini dapat menimbukan gagal panen.

“Cuaca ekstrim yang sering itu kekeringan, karena menyangkut dengan jenis tanah di sekitar rumah. Tanah kami kalau musim hujan itu berair sekali dan kalau sudah panas pasti kering bahkan tanah sampai pecah. Saya biasa tanam jagung tetapi kalau cuaca sudah tiba-tiba panas makan tanah kering dan pecah membuat pertumbuhan jagung tidak bagus kadang sampai gagal panen, saya berharap dengan kegiatan hari cukup membantu kimi bisa mengantisipasi cuaca ekstrim yang selama ini kita hadapi, sehingga kita bisa berjaga-jaga dan mempersiapkan diri,” ungkap Lisabet Lette warga Desa Bosen.

Dalam  diskusi kampung ini juga,  hadir BPBD dan FPRB TTS yang memfasilitasi peserta melakukan diskusi kelompok untuk memetahkan aset apa saja yang dimiliki dan apa yang dilakukan terhadap aset itu pada fase sebelum, saat dan sesudah bencana terjadi. Hasil dari diskusi kelompok akan dikumpulkan untuk pembuatan draft dokumen antisipasi bencana yang akan digunakan oleh masyarakat sebagai pedoman antisipasi bencana di desa.

Menurut kepala Desa Bosen Haleluya Natoto, Pemahaman tentang bencana warganya harus perlu ditingkatkan terus, sehingga harapannya setelah kegiatan ini minimal ada terbentuk tim penanggulangan bencana di tingkat desa agar informasi kebencanaan dapat tersampaikan dengan baik ke setiap kelompok masyarakat.

“Pemahaman tentang bencana kami masih sangat minim, Apa lagi tentang mengantisipasi, penanganan dan pasca bencana, oleh karena itu kegiatan ini sangat penting bagi kami.  Saya berharap kami bisa meneruskan informasi positif  ke masyarakat dan semoga kami bisa menindaklanjuti minimal ada tim penanggulangan bencana tingkat desa, sehingga informasi soal kebencanaan dapat tersalurkan dengan baik.***(Mariano Lejap – PIKUL)

Post Related

Scroll to Top